Hipertensi silent killer yang masih sering diabaikan

Oktober 15, 2018

Oleh : dr. Primanto Tantiono

Pembimbing : dr. Muhammad Iqbal, spJP

Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling sering yang diderita manusia dan merupakan faktor resiko utama terjadinya stroke, serangan jantung, penyakit pembuluh darah dan penyakit gagal ginjal. Walaupun telah dilakukan penelitian selama puluhan tahun, 90% penyebab hipertensi masih belum diketahui. Karena angka kesakitan dan kematian serta beban biaya yang tinggi, maka pencegahan dan pengobatan hipertensi merupakan tantangan yang dihadapi oleh kesehatan masyarakat.

Diperkirakan hipertensi menyebabkan 7.5 juta kematian (12.8% dari seluruh penyebab kematian). Karena pertumbuhan penduduk yang pesat, jumlah penduduk dengan hipertensi yang tidak terkontrol mencapai 1 miliar orang pada tahun 2008. Data dari WHO pada tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita hipertensi di dunia pada usia di atas 25 tahun adalah 29.2% pada pria dan 24.8% pada wanita.

Jumlah penderita hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2013 jumlah penderita hipertensi di Indonesia sekitar 25.8%, laki-laki 22.8% dan perempuan 28.8 %. Hampir separuh penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit yang menyebabkan kematian seperti stroke, penyakit jantung dan menjadi faktor resiko gagal ginjal.

Seorang dikatakan mengidap hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥ 130mmHg atau diastolik 80 mmHg.Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau penyebabnya  tidak diketahui sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit lainnya seperti gangguan pada ginjal, pembuluh darah atau masalah endokrin (hormonal). Jumlah penderita hipertensi primer sebesar 90-95% dan hipertensi sekunder sebesar 2-10%.

Hipertensi biasanya tidak bergejala dan terdeteksi secara tidak sengaja saat melakukan pemeriksaan rutin ( medical check up) atau saat telah terjadi komplikasi.Faktor resiko terjadinya hipertensi sering dikaitkan dengan gaya hidup dimana aktivitas fisik rendah, makanan cepat saji atau kalengan yang tinggi garam dan lemak , obesitas serta minum minuman beralkohol dan merokok. Faktor resiko lainnya termasuk riwayat hipertensi pada keluarga serta stress yang berkepanjangan.

Penegakkan diagnosis hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah menggunakan alat sphygmomanometer dan pasien dalam keadaan rileks dimana pengukuran tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dan dihitung rata-ratanya, bila tekanan darah pasien tinggi pada saat kunjungan yang pertama disertai keluhan yang mengarah ke gangguan jantung maka dilakukan pemeriksan tambahan, untuk mencari penyebab atau kelainan, seperti rekam listrik jantung, foto dada atau ekokardiografi. Bila didapati kelainan pada jantung (pembesaran jantung atau tanda-tanda gagal jantung) maka pasien dapat dinyatakan menderita hipertensi. Pada pasien tanpa gejala dan tidak dilakukan pemeriksaan tambahan diharuskan kontrol dalam waktu < 1 bulan dari kunjungan pertama dan bila saat kunjungan kedua tekanan darah tetap tinggi maka dinyatakan menderita hipertensi.

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang memerlukan pengobatan seumur hidup. Tujuan dari pengobatan hipertensi itu sendiri adalah mengkontrol tekanan darah agar tetap dalam batas normal dan mencegah komplikasi dari hipertensi yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien serta biaya pengobatan yang lebih besar  harus dikeluarkan oleh penderita bila sudah timbul komplikasi.

Komplikasi paling sering dari hipertensi adalah gagal ginjal, gagal jantung, serangan jantung dan stroke. Hipertensi juga memperberat penyakit jantung koroner.Pasien dengan hipertensi yang tidak diobati atau tidak terkontrol akan meningkatkan resiko terjadinya pengerasan pembuluh darah pada 30 % penderita dan mengakibatkan kerusakan organ pada 50% penderita dalam kurun waktu 8-10 tahun.

 

Kematian akibat penyakit jantung koroner atau stroke meningkat seiring dengan peningkatkan tekanan darah. Setiap kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau  diastolik 10 mmHg, angka kematian untuk penyakit jantung koroner dan stroke meningkat dua kali lipat.Pada penderita hipertensi yang disertai diabetes mellitus (kencing manis) akan terjadi peningkatkan resiko kematian sebesar 72 % dan peningkatkan kejadian penyakit jantung koroner sebesar 57 %.

Untuk mencegah komplikasi hipertensi, segeralah periksa diri anda. Deteksi dini dapat mengurangi komplikasi yang terjadi agar kualitas hidup anda tetap optimal. Hipertensi tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Cegah hipertensi dengan mengubah gaya hidup, yaitu penurunan berat badan pada penderita obesitas,  diet rendah garam dan rendah lemak, olahraga teratur selama 30menit 3-4x seminggu, gizi seimbang, menghindari alkohol, berhenti merokok.