Oleh : dr. Elies Pitriani, Sp.P
Spesialis Paru dan Pernapasan RS.PERTAMINA BALIKPAPAN
Bertepatan dengan hari kanker sedunia yang diperingati setiap tanggal 4 Februari , alangkah bijak jika kita mengenal tentang apa itu kanker. Masyarakat Indonesia belum benar-benar paham dan mengerti apa itu kanker. Data menyebutkan bahwa Indonesia belum terbebas dari kanker, ditunjukkan dengan tingginya angka prevalensi dari kanker itu sendiri. Indonesia berada pada urutan ke-8 di Asia Tenggara dan ke-23 di Asia dengan angka penyakit kanker.
Menurut WHO, kanker paru merupakan salah satu penyumbang angka kematian akibat kanker. Kanker paru sendiri merupakan jenis keganasan yang tidak hanya terjadi pada penderita laki-laki, tapi juga pada wanita yaitu sebesar 13,6% dan kematian akibat kanker paru sebesar 11,1 % dari angka kejadian kanker paru. Tingginya angka merokok pada masyarakat menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal. Pada stadium awal biasanya penderita tidak menunjukkan gejala yang menyebabkan keterlambatan diagnostik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penderita kanker paru rata-rata angka ketahanan hidup lima tahunan pada stadium I, sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stadium II,apalagi jika dibandingkan dengan stadium lanjut yang yaitu hanya sembilan bulan saja.
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi, ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya.
Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Terapi pilihan harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan.
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Etiologi kanker paru sendiri bisa diakibatkan antara lain karena merokok (85-90%), perokok pasif (25%), faktor lingkungan (seperti radon,asbestos,arsenik,silika,uranium dan kromium) serta polusi udara dalam ruangan (seperti memasak dengan batubara, biomassa dan asap makanan). Kanker paru sendiri dibagi menjadi Small Cell Lung Carcinoma (SCLC) dan Non Small Cell Carcinoma, Adeno Ca serta Squamous cell ca.
Gambaran klinis kanker paru dapat dibagi menjadi gejala intrapulmoner, gejala intratorasik ekstrapulmoner, gejala ekstratorasik non metastase dan ekstratorasik metastase. Gejala intrapulmoner disebabkan gejala lokal tumor di paru sehingga terjadi gangguan pada pergerakan silia serta ulserasi bronkus sehingga mudah terjadi radang berulang dan timbul keluhan batuk. Gejala intratorasik ekstrapulmoner timbul bila terjadi penyebaran tumor ke mediastinum yang akan menekan atau merusak struktur didalamnya sehingga bisa menyebabkan terjadi paralisis diafragma, paralisis korda vocalis, sindrom horner, disfagia dan sindroma vena kava superior. Gejala ekstratorasik non metastase yaitu sindroma paraneoplastik (gejala tumor bermanifestasi ke neuromuskuler, endokrin metabolik, jaringan ikat dan tulang,serta vasculer dan hematologik). Gejala ekstratorasik metastasis yaitu gejala yang ditimbulkan karena penyebaran sel kanker ke organ lain terutama otak,hati dan tulang. Keluhan utama pada pasien kanker antara lain seperti batuk , batuk darah, sesak napas, suara serak, nyeri dada, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, demam hilang timbul,sukar menelan, benjolan di pangkal leher, sembab di muka dan leher, serta sindroma paraneoplastik.
Siapa saja orang yang beresiko terkena kanker paru? Kanker paru dapat terjadi pada siapa saja. Resiko kanker paru meningkat pada laki-laki, usia > 40 tahun, perokok, tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau polusi, paparan industri/lingkungan kerja tertentu, perempuan perokok pasif, riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga dekat yang menderita kanker paru, dan TB paru (scar cancer) namun angka kejadiannya sangat kecil. Sering kita jumpai penderita dengan keluhan batuk lama lebih dari 3 minggu yang tak kunjung sembuh walau sudah diobati, kita perlu waspada apakah ini penyakit infeksi paru kronik/TBC (tuberkulosis) atau mengarah kanker paru. Oleh karena itu perlu pemeriksaan yang lebih lanjut dalam penegakan diagnosanya. Pemeriksaan untuk penegakkan diagnosa kanker paru yaitu antara lain foto toraks, CT scan toraks dengan kontras, bone scan (metastasis ke tulang), USG abdomen (metastasis ke hepar, kelenjar adrenal), brain CT ( metastasis otak), Bronkoskopi, Trans Torakal Biopsi (TTB) jika Lesi letak perifer, Trans Bronkial Lung Biopsi (TBLB) dimana biopsi lewat bronkus (bronkoskopi) yang dipandu dengan fluoroskopi, Torakoskopi bila tumor di perifer paru dan pleura, Sitologi sputum serta. Pemeriksaan invasif lain seperti Mediastinoskopi dan Torakotomi eksplorasi (sebagai pilihan terakhir). Pilihan pemeriksaan gold standard pada diagnosis kanker paru sesuai kompetensi dokter paru melalui bronkoskopi dengan tujuan untuk mengambil bahan / jaringan, utuk mengetahui kelainan mukosa bronkus dan menilai keadaan percabangan bronkus.
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (terapi multi-modaliti). Kenyataannya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya dihadapkan pada jenis histologis, stage dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi nonmedis seperti fasilitas yang dimiliki rumah sakit dan kemampuan ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan. Pada prinsipnya terapi pada kanker paru bisa dengan pembedahan (pada stadium I, II, dan IIIa), kemoterapi (stadium IIIB dan IV) dan radioterapi (jika ada Sindroma Vena Kava Superior atau metastase ke tulang) . Prognosis kanker paru sangatlah tergantung dari jenis sel serta stadiumnya, jadi alangkah lebih baik jika kita sedini mungkin mengenal seperti apa gejala kanker paru itu. Menurut CDC 2010 pencegahan dari kanker paru antara lain berhenti merokok, menghindari asap rokok orang lain, membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon serta konsumsi makanan yang sehat seperti buah dan sayur. Pola hidup sehat saat ini sangat diperlukan, untuk mencegah penyakit kanker. Tetap waspada terhadap gejala dan cegahlah sedini mungkin kanker dengan tetap semangat menjalani pola hidup sehat .