Dr. Subagyo, Sp.P (Dokter Spesialis Paru)
Jadwal Klinik
Senin, Rabu, Jumat 08.00 – 12.00, 14.00 – 16.00
Selasa, Kamis 08.00 – 12.00, 14.00 – 16.00, 17.00 – 19.00
Sabtu 09.00 – 12.00
Personal vaporizer atau sering disebut PV / vape merupakan suatu alat yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk meghasilkan nikotin dalam bentuk uap. Sejak dikembangkan pertama kali pada tahun 2003 di China, produk ini telah menyebar di banyak negara dengan berbagai sebutan seperti Electronic cigarette, rokok elektrik, rokok elektronik, E-cigarette, E-cig, electro smoke, E-juice, Green Ci, (PV)/vape/vapor dan lain sebagainya. WHO menyebut produk ini sebagai electronic nicotine delivery system (ENDS).
Vape adalah inovasi dari bentuk rokok konvensional yang membakar tembakau menghasilkan asap berubah menjadi alat yang mampu mengubah larutan menjadi uap. Ada banyak model vape, namun pada dasarnya tersusun atas 3 bagian yaitu baterai, atomizer dan cartridge. Baterai sebagai sumber tenaga untuk mengaktifkan atomizer yang berfungsi memanaskan dan menguapkan larutan dalam cartridge. Larutan tersebut mengandung nikotin dan bahan lain sebagai pembawa aroma atau rasa.
Cara penggunaan vape mirip degan rokok biasa. Saat pengguna menghisap vape, lampu indikator merah pada ujung vape akan menyala seperti api pada ujung rokok. Hisapan membuat chip dalam vape mengaktifkan baterai yang akan memanaskan larutan nikotin sehingga menghasilkan uap yang akan dihisap oleh pengguna vape.
Adakah perbedaan vape dengan rokok biasa? Rokok dibakar menghasilkan asap sedang atomizer dalam vape mengubah larutan dalam cartridge menjadi uap, tanpa proses pembakaran. Kandungan bahan dalam uap yang dihasilkan vape berbeda dengan kandungan asap dalam rokok. Uap yang dihasilkan vape tidak mengandung karbondioksida. Vape mengandung bahan toksik lebih rendah dari rokok biasa, tetapi tetap mengandung bahan toksik. Perbedaan ini membuat sebagian perokok beralih menjadi penghisap vape karena merasa lebih aman.
Adakah persamaan vape dengan rokok biasa? Ada, keduanya sama-sama mengandung nikotin, bahan karsinogen dan bahan radikal yang oksidatif. Nikotin menyebabkan adiksi atau ketagihan mengisap vape dan menimbulkan efek yang muncul segera maupun jangka panjang. Nikotin juga terbukti sebagai penyebab rokok/vape menjadi pintu masuk mengkonsumsi obat lain seperti kokain. Propilen glikol, gliserol dan formaldehid sebagai media pembawa rasa atau aroma vape berpotensi karsinogen (penyebab kanker).
Uap yang dihasilkan vape bisa mengiritasi dan menyebabkan peradangan saluran pernapasan atas, mulut dan mata. Penggunaan vape juga terbukti meningkatkan angka perawatan beberapa penyakit seperti infeksi paru, gagal jantung, disorientasi, tekanan darah rendah, dan masalah kesehatan lain.
Berbagai lembaga kesehatan dunia seperti CDC, IUTLD, AAP, NIDA, FDA dan WHO menyatakan bahwa vape berpotensi meningkatkan adiksi/ketagihan terhadap nikotin dan produk tembakau. Badan pengawas obat dan makanan Amerika (FDA) tahun 2014 menyatakan bahwa vape mungkin menjadi pintu masuk atau produk perantara para remaja untuk mencoba produk tembakau lainnya, termasuk rokok konvensional, yang sudah diketahui menyebabkan penyakit dan risiko kematian dini.
Apa yang terjadi ketika menghisap nikotin? Setelah dihisap, nikotin akan masuk ke otak dalam beberapa detik dan menyebabkan pelepasan Dopanim yang akan memberikan rasa nyaman pada pengguna rokok atau vape. Setelah menghisap rokok atau vape, kadar Dopamin di otak perlahan-lahan berkurang, rasa nyaman juga berkurang dan akhirnya hilang, selanjutnya timbul keinginan untuk kembali merokok.
Banyak alasan mengapa seseorang beralih atau mulai menghisap vape. Penelitian di Australia tahun 2014 menunjukkan alasan penggunaan vape sebagian besar untuk membantu berhenti merokok (80,4%), kemudian disusul alasan untuk mengurangi jumlah rokok biasa sehingga mengurangi bahaya rokok, mencegah kambuh kembali merokok setelah berhasil berhenti merokok dan digunakan saat di tempat dilarang merokok. Penelitian lain tentang asumsi keuntungan menggunakan vape hasilnya sebagai berikut:
• Menghilangkan kebiasaan rokok saya: 60%
• Mungkin membantu mengurangi rokok biasa: 55%
• Membantu melepaskan kebiasaan untuk merokok: 51%
• Membantu mengurangi bau rokok biasa: 51%
• Membantu mengatasi ketagihan rokok di tempat dilarang merokok: 50%
• Mungkin baik untuk kesehatan orang sekitar: 40%
• Aman untuk kesehatan saya: 39%
• Rasanya bervariasi: 17%
• Memungkinkan banyak waktu dengan keluarga: 9%
• Tidak tahu: 7%
• Tidak ada keuntungannya:6%
Sumber: Nicotine & Tobacco Research Advance Access, published May 23, 2013
Benarkah vape dapat membantu berhenti merokok? Pada awalnya, vape digunakan sebagai alat bantu program berhenti merokok kelompok Nicotine Replacement Therapy (NRT), yaitu memberikan asupan nikotin pengganti rokok. Belakangan WHO tidak merekomendasikan karena vape terbukti tidak konsisten dalam meningkatkan keberhasilan program berhenti merokok. Untuk saat ini tidak ada cukup bukti bahwa vape efektif untuk berhenti merokok.
Kesimpulannya, vape tidak perlu dicoba karena beberapa alasan berikut:
• Berpotensi adiksi atau ketaghan
• Berpotensi menjadi pengguna rokok biasa dan bahan adiktif lainnya
• Sama bahayanya dengan rokok biasa
• Mengandung bahan-bahan yang bisa menimbulkan kanker
• Tidak terbukti efektif untuk pengobatan berhenti merokok